PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA ( Sejarah dan Latar Belakang )

PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA ( Sejarah dan Latar Belakang )



1. Latar belakang masalah
Bahan pustaka terdiri dari beberapa komponen antara lain: kertas, tinta dan komponen-komponen untuk menjilid buku-buku seperti kertas karton, plastik, tekstil, benang, paku, dan perekat. Umumnya komponen-komponen yang digunakan untuk bahan pustaka tersebut di atas kurang mendukung dalam upaya pelestariannya karena kertas, karton dan perekat mengandung asam.
Menyimpan dan memelihara bahan pustaka harus dilakukan dalam kondisi yang baik, yang merupakan syarat terpenting untuk mencegah kerusakannya. Perencanaan pencegahan yang efektif untuk menghadapi kejadian-kejadian yang tidak diinginkan ataupun tidak diduga sebelumnya perlu diawali dengan memasukkan persyaratan yang sesuai dengan kondisi dan spesifikasi yang ideal untuk sebuah perpustakaan dengan memperhatikan unsur keamanan tersebut. Bencana alam seperti gempa bumi dapat mengakibatkan kerusakan koleksi bahan pustaka dalam jumlah yang besar dan waktu relatif singkat, karena bencana alam sukar diperkirakan datangnya.

2. Rumusan masalah

1. Sejarah Pelestarian Bahan Pustaka
2. Latar Belakang Pelestarian Bahan Pustaka


BAB II
P E M B A H A S A N

A. Sejarah Pelestarian Bahan Pustaka
Membahas tentang sejarah pelestarian bahan pustaka berarti tidak lepas dari pembahasan tentang sejarah perpustakaan itu sendiri dan perkembangan perpustakaan tidak bisa dipisahkan dari sejarah manusia karena perpustakaan merupakan produk manusia
Pemeliharaan bahan pustaka bukanlah hal baru bagi pustakawan, hal tersebut telah menjadi tugas pustakawan sejak ribuan tahun yang lalu, berdirinya perpustakaan berarti adanya koleksi bahan pustaka koleksi ini dipelihara dan dilestarikan demi generasi mendatang. Namun tugas pelestarian bukanlah hal yang mudah. Pustakawan purba hingga pustakawan sekarang masih tetap menemui musuh lama berupa cacing buku, rayap dan kecoak ditambah berbagai jenis kutu lainnya.
Pelestarian bahan pustaka di Indonesia telah lama dilakukan, pada berbagai kraton, para pujangga menyalin naskah lama ke naskah baru dengan menggunakan bahan tulis tradisional berupa daun lontar. Ketika perpustakaan mulai berkembang, artinya menuju ke perpustakaan modern seperti yang ada sekarang ini, maka penjilidan buku atau bahan pustaka juga mulai dilakukan.
Dengan berkembangnya teknologi informasi, khususnya microfilm, maka mulai banyak bahan pustaka terbitan Indonesia yang dibuatkan microfilm. Proses alih bentuk ini banyak dibantu oleh lembaga asing, terutama dalam bantuan peralatan, tenaga dan dana. Sekitar tahun 1970-an Koninlijk instituut voor Taal-, Land-en Volkenkunde (KITLV) bekerja sama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mulai memmbuat microfilm setiap buku yang dibeli oleh KITLV. Berbagai naskah di Sulawesi Selatan, dikenal dengan nama lontara dibuatkan microfilm dengan bantuan Australia. Naskah kuno yang
terdapat di Kraton Mangkunegoro, Kasunanan (Surakarta), Kesultanan Yogya serta Pakualaman juga dibuatkan microfilm, dengan bantuan Rockefeller Foundation.
Koleksi perpustakaan Nasional terutama majalah dan surat kabar juga dibuatkan microfilm sekaligus juga perbaikan pada bahan pustaka aslinya. Pelaksanaan alih bentuk ini merupakan bagian dari proyek pemerintah Indonesia serta mendapat bantuan pihak asing. The British Council juga membantu kegiatan pelestarian di Perpustakaan Nasional dengan menyediakan beasiswa serta konsultan. Tahun 1989 Internationa Review teammengunjungi Perpustakaan Nasional Indonesia serta berbagai perpustakaan dan lembaga pendidikan dalam rangka kegiatan pelestarian dan pengawetan bahan pustaka
B. Latar belakang pelestarian bahan pustaka
Adanya pelestarian bahan pustaka dikarenakan banyknya factor-faktor penyebab kerusakan pada bahan pustaka, factor-faktor penyebab itu lah yang melatar belakangi kenapa diperlukannya suatu kegiatan yang dimana mengupayakan supaya bahan pustaka pada perpustakaan itu tahan lama, awet sehingga bisa digunakan dalam waktu yang cukup lama.
Adapun kerusakan bahan pustaka secara garis besar dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Faktor Biotis (termasuk jamur dan serangga)
Bahan pustaka yang sudah menderita penyakit jamuran biasanya warna kertasnya berubah menjadi kuning, karena memang jamur bisa menyebabkan berubahnya warna kertas, di samping, itu jamur bisa menyebabkan kertas lengket satu dengan yang lain sehingga halaman bahan pustaka tersebut tidak bisa dibuka dan kalau hal ini dipaksa, halaman itu bisa robek. Jamur bisa tumbuh subur karena kelembaban udara yang tinggi Jamur akan berhenti berkembang biak kalau kelembaban udara tidak sesuai.. Hal ini ditandai dengan adanya bintik-bintik coklat pada bahan pustaka tersebut.
2. Faktor fisika
Suhu udara yang tinggi dapat mempercepat proses perusakan kertas karena kertas menjadi kering dan pecah¬pecah dan rapuh. Kelembaban yang tinggi dapat menyuburkan tumbuhnya jamur dan sebaiknya kelembaban yang rendah dapat menyebabkan kertas menjadi kering dan cepat hancur. Selain itu sinar matahari yang langsung mengenai buku akan merusak buku. Debu juga bisa menjadi musuh buku karena selain mengganggu kesehatan, debu dapat menimbul¬kan noda-noda, mengaburkan tulisan dalam buku, menularkan jamur.
3. Faktor kimia
Bahan pencemaran udara banyak bervariasi dan yang berbentuk gas pencemaran, partikel logam sampai unsur yang besar seperti misalnya debu dalam udara merupakan salah satu penyebab besar rusaknya kertas dan bahan organik lain yang bisa menimbulkan noda-noda permanen pada kertas tersebut. Pencemaran tadi bisa dikendalikan dengan cara menjaring udara.
4. Faktor Manusia
Bukan hanya serangga saja yang merupakan musuh besar buku, tetapi juga manusia. Hanya dengan cara meme¬gang buku saja sudah bisa merusak buku. Tangan yang kotor atau berminyak bisa mengganggu kondisi buku karena tangan yang berminyak bisa mendatangkan kecoa atau serangga lain. Belum lagi ada tangan jahil yang sengaja merobek kertas dan sekedar mencorat-coret dengan tinter sambil memberi komentar yang tidak perlu. Sering kali kites lihat ada orang yang sengaja melipat bagian tertentu sebagai batas halaman yang akan difoto kopi, lebih-lebih pada buku banyak halamannya tebal, misalnya Ensiklopedi dan kamus. Kerusakan ini akan bertambah besar karena buku-buku tebal itu harus ditekan apabila difoto copy. Disamping itu, cara penempatan buku pada rak secara ceroboh bisa merusak buku, Misalnya menempatkan buku terlalu padat didalam jajaran rak karena kalau dipaksa, bagian kulit dan punggung akan lekas rusak. Karena itulah ada ketentuan dalam hal penempatan buku pada rak, yaitu pustakawan tidak bakal memenuhi seluruh rak dengan buku, sehingga rak menjadi penuh. Harus ada tempat yang kosong.


5. Faktor bencana alam
Kebakaran atau banjir misalnya merupakan bencana yang, bisa tiba-tiba terjadi. Kewaspadaan dan kesiapan penting, sehingga bisa diambil tindakan yang cepat dan tepat untuk bisa mengurangi resiko kerusakan apabila benar-benar terjadi, misalnya menyiapkan alat pemadam kebakaran di setiap ruangan. Usaha pencegahan kerusakan buku memang harus dilakukan sedini mungkin. Hal ini. memang., jauh lebih baik dan mudah dibandingkan dengan melakukan perbaikan terhadap buku yang terlanjur rusak.

BAB III
P E N U T U P

A. Kesimpulan
Dari sejarahnya, manusia menggunakan berbagai medium untuk merekam hasil karya mereka. Bahan yang dikenal sebagai medium perekam hasil budaya manusia adalah: (1) tanah liat, (2) papyrus, (3) kulit kayu, (4) daun tal atau lontar, (5) kayu, (6) gading, (7) tulang, (8) batu, (9) logam (metal), (10) kulit binatang, (11) pergamen (parchmental) dan vellum, (12) leather (kulit), (13) kertas, (14) papan, (15) film, (16) pita magnetik, (17) disket, (18) video disk dan lain-lain. Mempelajari sejarah dan mengetahui latar belakang suatu hal yang menyebabkan sesuatu itu terjadi dapat membuat kita sebagai calon pustakawan menjadi lebih paham akan pentingnya pelestarian bahan pustaka itu sendiri. Karena di dalam sejarah tersimpan berbagai pengetahuan yang bermanfaat dan berguna untuk masa yang akan datang.
B. Saran
Setelah kita mengetahui semua tentang bahan pustaka, diharapkan pembaca dapat mengerti sejarah bahan pustaka, mengerti penyebab kerusakan bahan pustakan, dan cara perbaikan bahan pustaka. Pemakalah mengharapkan setelah membaca makalah ini pembaca benar-benar paham betapa pentngnya bahan pustaka agar selalu dirawat dan dilestarikan agar bahan pustaka tetap berguna dan bermanfaat sampai kapan pun.




D A F T A R P U S T A K A


• Basuki, Sulistyo.1991. Pengantar Ilmu Perpustakaan, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
• Wikipedia :Vandalisme Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia
bebas http://id.wikipedia.org/wiki/Wikipedia:Vandalisme#Templat_peringatan


• Martoatmodjo, Karmidi. 1999. Pelestarian Bahan Pustaka, Jakarta: Universitas Terbuka.
• Tauber, Maurice F. 1983. Technical Service in Libraries. New York: Columbia University Press.


• Wofford, Azile. 1959. The School Library at Work. New York: The H.W. Wilson Company